Kisah Inspiratif Eban : Perjalanan dalam Mendirikan MedanPlus – “Saya diciptakan Tuhan bukan sebagai pecandu narkoba. Hati saya gelisah melihat beberapa teman dekat meninggal lantaran over dosis dan kecelakaan yang disebabkan narkoba. Kala itu, saya berpikir betapa tidak bergunanya pecandu narkoba,”
Kutipan diatas adalah kalimat yang senantiasa diutarakan oleh Eban Totonta Kaban, sebagai bentuk ungkapan hatinya, dan menjadi dasar awal gerakan serta inisiatif positifnya sejak tahun 2002, hingga berhasil mendirikan sebuah Yayasan Rehablitasi Pengguna Narkoba dan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sampai sekarang (2019) dengan nama nya yang tentu tidak asing lagi di medan, yakni Yayasan MedanPlus
Selain itu, lanjut Eban, sebelumnya kerap mengajak orang untuk gunakan narkoba. Sehingga, pengin kembali manusia normal, pulih dari narkoba dan berbuat baik kepada sesama. Karena itu, ia memutuskan untuk pindah ke Kota Medan.
“Tahun 1998 saya putuskan untuk pulih, saya tinggalkan kota dimana saya selalu menjalani kehidupan tidak benar yaitu Malang. Saya pindah ke Medan dan kuliah di Unika. Saya berniat setiba di Medan akan melakukan perbuatan yang baik, dan Tuhan mendukung,” katanya.
Pria berbadan gempal ini menuturkan, tidak mudah untuk pulih dari kecanduan narkoba. Sesekali berhenti gunakan narkoba dan kadangkala menggunakan barang haram itu kembali.
“Saya gunakan narkoba 27 tahun, sejak usia 13 tahun jadi pengguna narkoba. Makanya, tidak mudah dan harus punya komitmen yang kuat. Saya berhenti total gunakan narkoba pada 2002, setelah memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan di panti rehabilitasi,” ujarnya.
Dia mengaku, sangat bersyukur Tuhan memberikan pertolongan kepadanya untuk cepat sadar jauh dari narkoba. Baginya, seluruh proses perubahan itu tidak mudah dilakukan lantaran kerap menghadapi berbagai cobaan.
“Tidak mudah untuk kembali normal. Saya bisa seperti ini karena pertolongan Tuhan. Komitmen saya katakan harus jadi orang baik, saya harus bisa perbaiki orang jadi lebih baik. Makanya, saya putuskan untuk jadi pelayan rehabilitasi,” katanya.
Ia mengemukakan, beberapa tahun jadi pelayan program di sebuah panti rehabilitasi di Medan, sempat terkejut adanya pecandu yang menderita HIV positif. Sehingga, meminta kepada pimpinan agar menambah program ataupun cara menghadapi pengguna narkoba yang menderita HIV positif.
“Kebutuhan penanganan pengguna narkoba yang menderita HIV positif berbeda dengan pengguna narkoba saja. Setelah itu, bersama tiga orang teman yang beberapa di antaranya menderita HIV, saya mendirikan Medan Plus pada 2003,” ujarnya.
Dia menambahkan, mulanya, Medan Plus masih sebagai wadah untuk diskusi, serta menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dan kerap menjadi narasumber tentang HIV agar masyarakat dapat informasi yang benar.
“Sudah 13 tahun Medan Plus berdiri, tidak mudah. Terkadang di fitnah, namun kami tidak pernah berhenti membesarkan organisasi. Paling berat sesama stat dan teman meninggal dunia bukan karena narkoba tapi penyakit yang disebabkan narkoba,”
Tulisan ini telah terbit di Tribun